Istilah Pencak Pencik
Pencak Silat adalah istilah resmi yang disepakati untuk memayungi aliran beladiri khas Nusantara. Menurut Wikipedia, istilah "Pencak" sering digunakan masyarakat Sunda, Jawa dan sekitarnya. Sedangkan istilah "Silat" sering digunakan di Sumatra, Melayu, dan Kalimantan.
Istilah lokal sering diucapkan sesuai logat dialeknya masing-masing. Misal di Sumatra Barat, beladiri mereka disebut "Silek Minang". Orang Minangkabau yang mengucapkan "silat" dengan "silek" sesuai logat dialek mereka. Sebagaimana orang Jawa di Pati menyebut beladiri mereka dengan "Pencak-Pencik". Istilah Pencak-Pencik sesuai dengan logat dialek Jawa yang suka membuat "Dwilingga Salin Swara (dwilinggo salin suoro)".
Dwilingga salin swara adalah pola kata ulangan yang diubah salah satunya.
Misal:
Bolak-Balik
Gonta-Ganti
Mubang-Mubeng
Pola ini bahkan diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia. Bisa dilihat pada contoh, pola ini biasanya mengubah kata pertama. Dengan mengganti vokal pertama dengan huruf O, dan vokal kedua dengan huruf A. Contoh kata "balik" menjadi "bolak". Kecuali kalau kata aslinya menggunakan huruf U pada Vokal pertama, maka tetap U. Contoh kata "mubeng" menjadi "mubang", bukan "mobang".
Hal berbeda pada kata-kata "pencak-pencik", yang mana yang diubah justru kata kedua. Hal ini karena kata aslinya yaitu "pencak", menggunakan huruf A sebagai vokal kedua. Jadi tidak nyaman diucapkan jika polanya "poncak-pencak". Maka dari itu yang diubah justru kata kedua. Memang masih ada yang tetap menggunakan pola umum, seperti pada "mongan-mangan". Akan tetapi itu jika masih nyaman untuk diucapkan. Berbeda dengan "poncak-pencak" yang tak nyaman diucapkan. Maka pola dari kata pencak menjadi "pencak-pencik". Pengubahan pada kata kedua seperti ini memang jarang terjadi, tapi memang ada.
Istilah Ncak Ncik
Orang Jawa sering memotong kata dalam bahasa tak resmi percakapan sehari-hari. Gunanya untuk memudahkan pengucapan, semacam cara malas untuk mengucap. Contoh pada kata-kata "sedekah bumi", dipotong menjadi "kah bumi". Kata-kata "godhong tela", dipotong menjadi "dhong tela". Seperti itu, kata-kata "pencak-pencik" dipotong menjadi "ncak-ncik". Dan bahkan dipotong lagi hingga menjadi "ncik".
Istilah Mencak Mencik
Di tata bahasa Jawa, ada yang namanya "Ater-Ater Anuswara (ater-ater anusuoro)". Gunanya untuk membentuk kata kerja aktif.
Ater-ater anuswara ini ada empat, yaitu:
- am
- an
- ang
- any
Penggunaannya dengan cara melebur, atau kadang menempel pada huruf pertama.
Contoh:
Pangan => Amangan => Mangan.
Tulis => Anulis => Nulis.
Angkat => Angangkat => Ngangkat.
Sapu => Anyapu => Nyapu.
Bisa dilihat pada contoh. Setelah mendapat ater-ater anuswara, kata dasar bisa menjadi kata kerja aktif. "Pangan" adalah kata dasar. Sedangkan "Mangan" adalah kata kerja aktif.
Pada kata "pencak", karena menggunakan huruf awal P, maka menggunakan ater-ater am.
Yaitu:
Pencak => Amencak => Mencak.
Pencak-Pencik => Amencak-Amencik => Mencak-Mencik.
Di sini bisa diperhatikan. "Pencak" adalah kata dasar. Sedangkan "Mencak" adalah kata kerja aktif. Sebagai kata kerja aktif, "mencak" bisa dimaknai "melakukan pencak". "Pencak-Pencik" adalah kata dasar. Sedangkan "Mencak-Mencik" adalah kata kerja aktif. Sebagai kata kerja aktif, "mencak-mencik" bisa dimaknai "melakukan pencak-pencik".
Jadilah kata-kata "mencak-mencik".Yang lagi-lagi sering disederhanakan menjadi "mencik" saja.
Istilah Gong Cik
Seiring waktu dan keadaan, beladiri Pencak-Pencik di Pati mengalami perkembangan. Salah satunya adalah penciptaan seni pertunjukan. Yang mana ditambahkan koreografi dan keindahan gerak laku, serta iringan gamelan. Maka muncullah kata "gong" untuk mewakili seperangkat gamelan yang digunakan. Dan pengambilan kata "ncik" untuk mewakili gerakan koreografi pencak-pencik. Jadilah istilah "Gong Cik".
Hubungan Dengan Bawean dan Singapura
Pihak kolonial Belanda melarang pendidikan beladiri. Membuat para praktisi tak leluasa mengajarkan Pencak-Pencik. Bahkan menurut cerita, ada praktisi Pencak-Pencik yang diuber Belanda. Hingga melarikan diri ke Singapura dan mengajar beladiri di sana. Di sisi lain, praktisi Pencak Bawean di Kabupaten Gresik juga banyak ke Singapura. Sehingga Pencak Bawean juga berkembang di Singapura. Sedangkan Pencak Bawean ada versi seni pertunjukan yang menggunakan gamelan. Kemungkinan kebudayaan pencak di tiga daerah berbeda ini saling memengaruhi. Praktisi Pencak-Pencik di Pati kemudian terinspirasi membuat seni pertunjukan juga. Dengan tujuan mengelabui pihak kolonial supaya tetap bisa mengajarkan beladiri. Lalu muncullah istilah "Gong Cik" sebagai nama seni pertunjukan ini.